Ki Hajar Dewantara sumber foto: Telisik.id |
Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan. Namun ia lebih masyhur dengan julukan Ibn Hajar Al Asqalani. Ibnu Hajar berarti 'anak batu' sementara Asqalani adalah nisbat kepada ‘Asqalan’, sebuah kota yang masuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah.
Suatu ketika, saat beliau masih
belajar di sebuah madrasah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga
dikenal sebagai murid yang kurang pintar, selalu tertinggal jauh dari
teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah
diajarkan oleh gurunya di sekolah yang membuatnya patah semangat dan frustasi.
Beliaupun memutuskan untuk pulang
meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya
meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa
dirinya untuk berteduh di dalam sebuah gua. Ketika berada di dalam gua
pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit
jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Beliau pun bergumam dalam hati,
sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana
mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan tetesan air. Ia terus mengamati
tetesan air itu dan mengambil sebuah simpulan bahwa batu itu berlubang karena
tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa
betapapun kerasnya sesuatu jika ia diasah terus menerus maka ia akan manjadi
lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala
saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap
segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar.
sumber foto : A Rainy day |
Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar di jiwa beliau, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid di sekolah itu.
Sejak saat itu perubahan pun
terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi murid yang tercerdas dan
malampaui teman-temannya yang telah manjadi para Ulama besar dan ia pun tumbuh
menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang
terkenal di zaman kita sekarang ini. Di antara karya beliau yang terkenal
ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari,
Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, Al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut
Tahdzib, Ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan
lain-lain.
Bahkan menurut muridnya, yaitu
Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian
peneliti pada zaman ini menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab.
Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat
(kajian).
Kisah beliau bisa menjadi
motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu dan sesusah apapun itu jika
kita betul-betul ikhlas dan tekun serta terus menerus dalam belajar niscaya
kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau putus asa, karena
kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit dari kegagalan,
itu baru luar biasa.
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka
sendiri” (QS. Ar Rad: 11).
Alkisah 2
Santri itu bernama Suwardi
Suryaningrat yang kelak berjuluk Ki Hajar (Bapak Batu) Dewantara (penolong di
antara orang banyak). Tidak hanya Diponegoro anak bangsa yang dididik para
ulama menjadi tokoh bangsa.
Di antaranya, di Yogyakarta ada
seorang kyai bernama Romo Kyai Sulaiman Zainudin di Kalasan Prambanan. Memiliki
santri yang banyak, salah satunya bernama Suwardi Suryaningrat.
Suwardi Suryaningrat ini kemudian
oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional yang terkenal dengan
nama Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara itu santri, ngaji, murid seorang
kyai. Sayangnya, sejarah Ki Hajar Dewantara mengaji kitab kuning ke Kyai
Onggamaya Bagelan atau santri kalong, tidak pernah diterangkan di
sekolah-sekolah. Beliau tentu paham persis " laqad kaana lakum fii
rasuulillahi uswatun hasanah" (sungguh pada diri rasulullah itu
adalah teladan yang baik) --
“Ing Ngarso Sung Tulodo." Beliau pasti paham betul "wamaa arsalnaaka illaa
rahmatan lil aalamin (tidaklah Aku utus engkau <Muhammad> kecuali
untuk menebar rahmat untuk seluruh alam)-- "Ing Madyo Mangun Karso",
dan beliau paham betul bahwa "fadzakkir innamaa anta mudzakkir"
(belajarkanlah, sesungghnya engkau <Muhammad> hanya seorang pembelajar
<membuat manusia belajar>)--"Tut Wuri Handayani”. Ki
Hajar Dewantara belajar kitab kuning, Shahih Bukhari dan tafsir Al-Qur’an
Al-Karim.
Suwardi Suryaningrat paham kisah
Ibnu Hajar (si anak batu). Dan beliau pada usia ke 40 berjuluk Ki Hajar (sang
Bapak Batu -- sumbol ketidakpintaran tapi bertekad dan kerja keras) Dewantara
(menjadi penolong di antara orang kebanyakan). Ta'awanuu alal birri wat-taqwa
(bertolong menolonglah kalian semua dalam kebaikan dan ketaqwaan).
Selamat hari lahir Ki Hajar
Dewantara.
Selamat Hari Pendidikan Nasional
2 Mei 2023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar